TUGAS MANDIRI
PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR
DI LINGKUNGAN SEKOLAH
MATA KULIAH :BAHASA
INDONESIA
NAMA :WANTRI
PURBA
NPM :120810109
KODE KELAS :122-UM311-M11
DOSEN :HENDRI
KREMER.S.E.,M.Si.
UNIVERSITAS PUTERA BATAM
2013
KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,karena atas kehendak dan
penyertaan-Nya lah saya dapat menyelesaikan
tugas ini dengan sebagai mana adanya.Adapun judul makalah yang saya buat
adalah mengenai” PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA YANG BAIK
DAN BENAR DI LINGKUNGAN SEKOLAH”.Di dalam
makalah ini kita dapat mengetahui tentang penggunaan bahasa Indonesia
yang saat ini digunakan oleh para pelajar ataupun para remaja masa kini.Dalam
makalah ini kita juga dapat melihat beberapa ejaan yang salah yang dipergunakan
dalam berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari.
Disini
penulis membahas mengenai Bahasa Indonesia dikalangan remaja.Bahasa Indonesia
dikalangan remaja ini memberikan penjelasan tentang bagaimana remaja saat ini
menggunakan Bahasa Indonesia dalam berkomunikasi dikehidupan sehari-hari.Bahasa
Indonesia yang baik dan benar telah lama di abaikan oleh sebagia besar remaja,
karena yang sering terdengar adalah
bahasa prokem. Diharapkan dengan mempelajari makalah ini nantinya
generasi muda akan menegakan apa yang menjadi isi dari sumpah pemuda. Bahwa
berbahasa satu yaitu bahasa Indonesia.Penulis menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
dari para pembaca,guna untuk penyempurnaan makalah ini.
Batam,2013
Wantri
Purba
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR
BAB I.PENDAHULUAN……………………………………………………..5
I.I .Rumusan Masalah………………………………………………………5
I.II.Tujuan Penulisan……………………………………………………….5
BAB II.PEMBAHASAN………………………………………………………6
II.I
.Pengertian Bahasa Indonesia yang baik dan benar……………………6
II.II
.Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Berbahasa Indonesia…………7
II.III.Penggunaan Bahasa Indonesia
dikalangan remaja saat ini…………….10
BAB III.PENUTUP…………………………………………………………….21
III.I .Kesimpulan……………………………………………………………..21
III.II.Saran……………………………………………………………………21
PENGGUNAAN
BAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR
DI LINGKUNGAN SEKOLAH
BAB
I
A. PENDAHULUAN
Bahasa
adalah kunci pokok bagi kehidupan manusia di atas dunia ini, karena dengan
bahasa orang bisa berinteraksi dengan sesamanya dan bahasa merupakan sumber daya
bagi kehidupan bermasyarakat.Adapun bahasa dapat digunakan apabila saling
memahami atau saling mengerti erat hubungannya dengan penggunaan sumber daya
bahasa yang kita miliki. Kita dapat memahami maksud dan tujuan orang lain
berbahasa/berbicara apabila kita mendengarkan dengan baik apa yang diakatakan.
Untuk itu keseragaman berbahasa sangatlah penting, supaya komunikasi berjalan
lancar.
Maka
daripada itu bangsa Indonesia pada tahun 1945 menetapkan bahasa Indonesia
sebagai bahasa negara yang dituangkan dalam Undang-Undang Dasar 1945, dan
sampai sekarang pemakaian bahasa Indonesia makin meluas dan menyangkut berbagai
bidang kehidupan.Kita sebagai generasi muda, marilah kita pelihara bahasa
Indonesia ini, memgingat akan arti pentingya bahasa untuk mengarungi kehidupan
masa globalisasi, yang menuntuk akan kecerdasan berbahasa, berbicara,
keterampilan menggunakan bahasa dan memegang teguh bahasa Indonesia, demi
memajukan bangsa ini, supaya bangasa kita tidak dipandang sebelah mata oleh
bangsa lain. Maka dari itu disini penulis akan mencoba menguraikan tentang
“Berbahasa Yang Baik Dan Benar”.
Manusia
khususnya remaja tidak mungkin bekerja sama tanpa bahasa. Bahasa itu
dipergunakan untuk berbagai keperluan dalam berbagai lapangan kehidupan. Setiap
bahasa digunakan manusia untuk berkomunikasi dan bekerjasama. Karena kelompok
manusia itu banyak ragamnya, maka mempunyai variasi-variasi. Pada kesempatan
ini akan dibicarakan salah satu variasi bahasa yaitu bahasa yang digunakan kaum
remaja dan bahasa Indonesia dikalangan remaja. Seiring dengan perkembangan
jaman yang semakin maju, perkembangan tehnologi yang semakin pesat dan
berkembangnya pola pikir remaja saat ini. Mengakibatkan penggunaan bahasa
Indonesia dalam berkomukasi dikalangan remaja tidak sesuain dengan bahasa
Indonesia yang baik dan benar. Remaja justru berdiri sendiri dengan
kebanggaanya yang sering disebut dengan bahasa prokemnya.
Bahasa
prokem merupakan bahasa yang hanya dipakai para pemuda, remaja yang digunakan
seenaknya dan tidak dapat dipahami masyarakat umum, atau dapat disebut juga
bahasa gaul. Hal inilah yang sangat merisaukan masyarakat yang sama sekali
tidak paham akan bahasa remaja ini sehingga menganggap bahwa mereka merusak
bahasa Indonesia baku. Bahasa remaja memang tidak pernah tetap, atau dengan
katalain selalu berganti-ganti, sesuai dengan sifat remaja itu sendiri yang
memang belum mapan.
B.
RUMUSAN MASALAH
Dari
uraian latar belakang yang telah dikemukakan oleh penulis pada bagian
sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa rumusan masalah yakni sebagai berikut:
1. Bagaimana
menerapkan keterampilan berbahasa Indonesia pada siswa
2. Apa
sajakah hambatan-hambatan yang dapat ditemui dalam penerapan bahasa Indonesia
pada KBM
3. Apa
sajakah upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatkan penggunaan berbahasa
Indonesia yang baik dan benar.
C.
TUJUAN PENULISAN
1. Untuk
mengetahui cara dalam menerapkan keterampilan berbahasa Indonesia pada siswa
2. Untuk
mengetahui hambatan-hanbatan dalam penerapan bahasa Indonesia pada KBM
3. Selain
itu tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi persyaratan lulus mata kuliah Bahasa Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bahasa Indonesia yang Baik dan
Benar
Bahasa
Indonesia yang baik dan benar adalah Bahasa Indonesia yang digunakan sesuai
dengan situasi pembicaraan (yakni, sesuai dengan lawan bicara, tempat
pembicaraan, dan ragam pembicaraan) dan sesuai dengan kaidah yang berlaku dalam
Bahasa Indonesia (seperti: sesuai dengan kaidah ejaan, pungtuasi, istilah, dan
tata bahasa).
Bahasa
yang baik dan benar memiliki empat fungsi :
·
Fungsi pemersatu kebhinnekaan rumpun
dalam bahasa dengan mengatasi batas-batas kedaerahan
·
Fungsi penanda kepribadian yang
menyatakan identitas bangsa dalam pergaulan dengan bangsa lain
·
Fungsi pembawa kewibawaan karena
berpendidikan dan yang terpelajar
·
Fungsi sebagai kerangka acuan tentang
tepat tidaknya dan betul tidaknya pemakaian bahasa.
Contoh
menggunakan bahasa yang baik dan benar :
·
Apakah kamu sudah belajar ?
·
Di sini tempat pembuangan sampah
·
Bagaimana cara membuat nasi goreng ayam
?
·
Kami mahasiswa gunadarma menjunjung
tinggi persaudaraan.
·
Saya sedang mengerjakan tugas yang
diberikan dosen.
·
Saya selalu berdoa sebelum memulai
belajar.
·
Saya dapat mengerjakan soal ujian dengan
baik setelah saya belajar terlebih dahulu.
B . Hal –hal yang perlu
diperhatikan dalam berbahasa Indonesia.
1. Tata
bunyi (fonologi)
Fonologi
pada umumnya dibagi atas dua bagian yang meliputi :
o
Fonetik :Pengertian Fonetik adalah ilmu
yang menyelidiki dan menganalisa bunyi-bunyi ujaran yang dipakai dalam tutur,
serta mempelajari bagaimana menghasilkan bunyi-bunyi tersebut dengan alat ucap
manusia
o
Fonemik :Adapun Fonemik itu sendiri
adalah ilmu yang mempelajari bunyi-ujaran dalam fungsinya sebagai pembeda
arti.Kalau dalam fonetik kita mempelajari segala macam bunyi yang dapat
dihasilkan oleh alat ucap serta bagaimana tiap-tiap bunyi itu dilaksanakan,
maka dalam fonemik kita mempelajari dan menyelidiki kemungkinan-kemungkinan,
bunyi-bunyi yang dapat mempunyi fungsi untuk membedakan arti.
2. Tata
bahasa (kalimat)
Masalah
definisi atau batasan kalimat tidak perlu dipersoalkan karena sudah terlalu
banyak definisi kalimat yang telah dibicarakan oleh ahli bahasa. Yang lebih
penting untuk diperhatikan ialah apakah kalimat-kalimat yang klita hasilkan
dapat memenuhi syarat sebagai kalimat yang benar (gramatikal). Selain itu,
apakah kita dapat mengenali kalimat-kalimat gramatikal yang dihasilkan orang
lain. Dengan kata lain, kita dituntut untuk memiliki wawasan bahasa Indonesia
dengan baik agar kita dapat menghasilkan kalimat-kalimat yang gramatikal dalam
komunikasi baik lisan maupun tulis, dan kita dapat mengenali kalimat-kalimat
yang dihasilkan orang lain apakah gramatikal atau tidak.
Suatu
pernyataan merupakan kalimat jika di dalam pernyataan itu terdapat predikat dan
subjek. Jika dituliskan, kalimat diawali dengan huruf kapital dan diakhiri
dengan tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya. Pernyataan tersebut adalah
pengertian kalimat dilihat dari segi kalengkapan gramatikal kalimat ataupun
makna untuk kalimat yang dapat mandiri, kalimat yang tidak terikat pada unsure
lain dalam pemakaian bahasa. Dalam kenyataan pemakaian bahasa sehari-hari
terutama ragam lisan terdapat tuturan yang hanya terdiri dari atas unsur subjek
saja, predikat saja, objek saja, atau keterangan saja.
3. Kosa kata
Dalam
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, kita dituntut untuk memilih
dan menggunakan kosa kata bahasa yang benar. Kita harus bisa membedakan antara
ragam bahasa baku dan ragam bahasa tidak baku, baik tulis maupun lisan.Ragam
bahasa dipengaruhi oleh sikap penutur terhadap kawan bicara (jika lisan) atau
sikap penulis terhadap pembaca (jika dituliskan). Sikap itu antara lain resmi,
akrab, dingin, dan santai.
Perbedaan-perbedaan itu tampak dalam pilihan
kata dan penerapan kaidah tata bahasa. Sering pula raga mini disebut gaya. Pada
dasarnya setiap penutur bahasa mempunyai kemampuan memakai bermacam ragam
bahasa itu. Namun, keterampilan menggunakan bermacam ragam bahasa itu bukan
merupakan warisan melainkan diperoleh melalui proses belajar, baik melalui
pelatihan maupun pengalaman. Keterbatasan penguasaan ragam/gaya menimbulkan
kesan bahwa penutur itu kurang luas pergaulannya.
Jika
terdapat jarak antara penutur dengan kawan bicara (jika lisan) atau penulis
dengan pembaca (jika ditulis), akan digunakan ragam bahasa resmi atau apa yang
dikenal bahasa baku. Makin formal jarak penutur dan kawan bicara, akan makin
resmi dan berarti makin tinggi tingkat kebakuan bahasa yang digunakan.
Sebaliknya, makin rendah tingkat keformalannya, makin rendah pula tingkat
kebakuan bahasa yang digunakan.
4. Ejaan
Dalam
bahasa tulis kita menemukan adanya bermacam-macam tanda yang digunakan untuk
membedakan arti sekaligus sebagai pelukisan atas bahasa lisan. Segala macam
tanda tersebut untuk menggambarkan perhentian antara , perhentian akhir,
tekanan, tanda Tanya dan lain-lain. Tanda-tanda tersebut dinamakan tanda
baca.Ejaan suatu bahasa tidak saja berkisar pada persoalan bagaimana
melambangkan bunyi-bunyi ujaran serta bagaimana menempatkan tanda-tanda baca
dan sebagainya, tetapi juga meliputi hal-hal seperti: bagaimana memotong-motong
suku kata, bagaimana menggabungkan kata-kata, baik dengan imbuhan-imbuhan
maupun antara kata dengan kata.
Pemotongan itu harus berguna terutama
bagaimana kita harus memisahkan huruf-huruf itu pada akhir suatu baris, bila
baris itu tidak memungkinkan kita menuliskan seluruh kata di sana. Kecuali itu,
penggunaan huruf kapital juga merupakan unsur penting yang harus diperhatikan
dalam penulisan dengan ejaan yang tepat.Dari uraian diatas dapat disimpulkan
bahwa keseluruhan peraturan bagaimana menggambarkan lambing-lambang
bunyi-ujaran dan bagaimana inter-relasi antara lambang-lambang itu
(pemisahannya, penggabungannya) dalam suatu bahasa disebut ejaan.
5. Makna
Pemakaian
bahasa yang benar bertalian dengan ketepatan menggunakan kata yang sesuai
dengan tuntutan makna. Misalnya, dalam bahasa ilmu tidak tepat digunakan
kata-kata yang bermakna konotatif (kata kiasan tidak tepat digunakan dalam
ragam bahasa ilmu). Jadi, pemakaian bahasa yang benar adalah pemakaian bahasa
yang sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa.
Kriteria
pemakaian bahasa yang baik adalah ketepatan memilih ragam bahsa yang sesuai
dengan kebutuhan komunikasi. Pemilihan ini bertalian dengan topik apa yang
dibicarakan, tujuan pembicaraan, orang yang diajak berbicara (kalau lisan) atau
orang yang akan membaca (kalau tulis), dan tempat pembicaraan. Selain itu,
bahasa yang baik itu bernalar, dalam arti bahwa bahasa yang kita gunakan logis
dan sesuai dengan tata nilai masyarakat kita.
Pemakaian Kata dan Kalimat
Kata
yang dipakai dalam Bahasa Indonesia adalah kata yang tepat dan serasi serta
baku. Kata yang tepat dan serasi merupakan kata yang sesuai dengan gagasan atau
maksud penutur atau sesuai dengan arti sesungguhnya dan sesuai dengan situasi
pembicaraan (sepert: sesuai dengan lawan bicara, topik pembicaraan, ragam
pembicaraan, dsb.). Kata yang baku merupakan kata yang sesuai dengan ejaan
(yakni: EYD).
Kalimat
yang dipakai dalam Bahasa Indonesia adalah kalimat yang efektif. Kalimat
efektif harus:
·
Mudah dipahami oleh orang lain,
·
Memenuhi unsur penting kalimat (minimal
ada subjek dan predikat, terutama untuk
ragam tulis),
·
Menggunakan kata yang tepat dan serasi,
·
Gramatikal (seperti: menggunakan
pungtuasi dan kata yang baku, menggunakan struktur yang benar, frasa selalu
D-M, menggunakan kata yang morfologis, menggunakan kata yang sesuai dengan
fungsinya/kedudukannya),
·
Rasional (yakni, menggunakan gagasan
yang dapat dicerna oleh akal sehat), Efisien (menggunakan unsur sesuai
kebutuhan, tidak boleh berlebihan),
·
Tidak ambigu (tidak menimbulkan dua arti
yang membingungkan).
Pemakaian Paragraf dalam Bahasa Indonesia
Paragraf
yang dipakai dalam Bahasa Indonesia adalah paragraf yang baik. Paragraf ini
harus:
1. Mempunyai
satu pikiran utama,
2. Mempunyai
koherensi yang baik (hubungan antar unsurnya sangat erat) dan semua unsurnya
tersusun secara sistematis, serta
3. Menggunakan
kalimat yang efektif.
C.Penggunaan Bahasa
Indonesia dikalangan Remaja pada saat ini
Didalam
masyarakat saat ini telah berkembang dan banyak yang menyatakan pendapat bahwa
para remaja kita dengan bahasa prokemnya telah merusak bahasa Indonesia yang
baik dan benar. Perkembangan bahasa prokem atau bahasa yang hanya dipakai para
pemuda. Remaja yang menggunakan seenaknya dan tidak dapat dipahami masyarakat
umum, atau dapat disebut juga bahasa gaul.Mulai dari remaja ditinggakat sekolah
menengah pertama, sekolah menengah atas sampai para mahasiswa atau mahasiswi.
Sebagian besar dari mereka saat berkomunikasi telah jauh dari susunan
keindonesiaan yang baik dan benar, walaupun seperti yang kita ketahui mereka
semua berada dalam kalangan akademik yang masih mendapatkan pendidikan. Tetapi pada
kenyataannya bahasa Indonesia yang telah disusun rapi dengan EYD telah jauh
dilupakan.
Menurut
Jay Bimo remaja yang kuper atau kurang pergaulan misalnya, “si kutu buku” dan
“si anaak ibu”, tidak mengenal bahasa prokem kebanyakan dari mereka masih alami
dalam penggunaan bahsa Indonesia artinya bahasa yang digunakan masih mengandung
unsur-unsur kebahsaan yang baik dan benar. Sebaliknya dengan remaja yang
dikatakan “gaul”, mereka cenderung kental
dengan bahasa prokemnya. Pada dasarnya penggunaan bahasa Indonesia di kalangan
remaja saat ini hampir sudah tidak ada yang menggunakannya dengan benar.
Sedikit sekali remaja yang menggunakan bahasa Indonesia dengan benar. Selang
waktu yang berjalan, pengguna bahasa Indonesia dengan benar telah di geser
dengan bahasa-bahasa yang tidak di kenal.
Dikarenakan datangnya penduduk luar negeri ke
dalam negeri, yang membaur bahasa Indonesia dengan bahasa asing. Ini merupakan
tingkatan yang memprihatinkan. Karena seperti yang kita ketahui mereka lebih
bangga dengan bahasa asing, gaul dan prokemnya yang secara langsung atau tidak
langsung merusak bahasa Indonesia yang baik dan benar, atau untuk kalangan
akademik yang seharusnya bisa menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
tetapi pada kenyataanya mereka justru kental dengan bahsa asingnya, bahsa
daerahnya ban bahasa gaulnya dalam suasanya formal sekalipun.
Itu
disebabkan karena pengaruh globalisasi, media masa dan pengaruh semakin
banyaknya orang asing yang berada di Indonesia secara langsung atau tidak
langsung telah mempengaruhi bagaimana remaja berkomunikasi. Pengaruh
globalisasi membawa dampak negatif bagi remaja dalam hal kebahasaan yaitu
tercermin pada perilaku masyarakat yang mulai meninggalkan bahasa Indonesia dan
terbiasa menggunakan bahasa gaul atau bahasa prokem. Sedangkan dari media masa
dan dari pengaruh semakin banyaknya orang asing yang berada di Indonesia
membawa dampak berkembangnya bahasa asing dikalangan remaja yang tidak jelas
penggunaanya dan sulit dipahami masyarakat.
Dari
pengaruh tersebut didapatkan tiga bahasa yang digunakan remaja saat ini, yaitu
yang pertama bahasa prokem atau bahasa gaul merupakan bahasa yang digunakan
dikalangan pemuda ataupun remaja yang dalam penggunaan bahasa seenaknya sendiri
sehingga masyarakat tidak dapat memehaminya dalam proses komunikasi. Bahasa
gaul merupakan bahasa yang digunakan dikalangan remaja karena pengaruh arus
globalisasi. Bahasa gaul juga merupakan
ragam bahasa Indonesia nonstandar yang lazim digunakan di Jakarta pada tahun
1970-an yang kemudian digantikan oleh ragam yang disebut sebagai bahasa gaul,
bahasa karena pengaruh waktu. Dan yang kedua
yaitu bahasa asing, bahasa asing merupakan bahasa yang tidak digunakan
oleh orang yang tinggal di sebuah tempat yang tertentu misalnya, bahasa
Indonesia dianggap sebagai sebuah bahasa yang asing di Australia. bahasa asing
juga merupakan sebuah bahasa yang tidak digunakan di tanah air atau negara asal seseorang.
Sangat
disayangkan bahwa bahasa asing terutama bahasa Inggris telah memperkaya
kosakata bahasa Indonesia dan yangtidak dapat dipungkiri lagi banyak diantara
mereka yang menuliskan kosakata asing padahal kosakata itu telah di
Idonesiakan.Dan yang ketiga yaitu bahasa daerah yang merupakan warisan budaya
dari daerahnya masing-masing diwilayah Indonesia. Bahasa daerah merupakan
identitas dari daerahnya masing-masing. Indonesia kaya akan bahasa daerah, tetapi
seperti yang kita ketahui penggunaannya terkadang tidak sesuai pada waktunya.
Remaja yang derada dalam suasana formal dan lingkungan akedemik seharusnya
menggunakan bahasa Indonesia dngan baik dan benar tetapi pada kenyataannya
mereka masih membawa bahsanya asalnya atau bahasa daerah.
A. Keterampilan Berbicara Bahasa
Indonesia di Sekolah
Berbicara
merupakan salah satu alat komunikasi yang paling efektif. Hal ini mendorong
orang untuk belajar berbicara dan membuktikan bahwa berbicara akan lebih
efektif dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi yang lain. Maka bagi siswa
bicara tidak sekedar merupakan prestasi akan tetapi juga berfungsi untuk
mencapai tujuannya.(2) Sehingga dalam pembelajaran bahasa Indonesia
keterampilan berbicara merupakan kompetensi yang harus diujikan sesuai jenjang
kelasnya. Keterampilan berbicara bahasa Indonesia di sekolah dasar ini hanya
terwujud pada proses kegiatan belajar mengajar di kelas saja.
Dalam
kompetensi umum mata pelajaran bahasa Indonesia SD aspek berbicara mengungkapkan
indikator-indikator yang berhubungan dengan mengungkapkan gagasan dan perasaan,
menyampaikan sambutan, berpidato, berdialog, menyampaikan pesan, bertukar
pengalaman, menjelaskan, mendiskripsikan, bermain peran, dan percakapan yang
hanya dilakukan dalam pembelajaran saja.Keterampilan berbicara bahasa Indonesia
yang berhubungan dengan keseharian tidak pernah diukur dan dinilai. Para siswa
dibiarkan berbicara menggunakan bahasa daerahnya masing-masing, padahal bahasa
resmi yang digunakan pada pendidikan adalah bahasa Indonesia.
Sungguh
ironis bila hal ini dibiarkan berlarut-larut pada setiap lembaga pendidikan.
Kadang lembaga pendidikan lebih merasa bangga bila dapat mengembangkan bahasa
asing lebih maju daripada mengembangkan bahasa Indonesia, seperti kata pepatah
“kacang lupa kulitnya.“ Ini adalah bukti konkret pembelajaran bahasa Indonesia
di sekolah belum bisa mempraktikkan dalam kesehariannya. Ketika digunakan dalam
percakapan sering sekali dijumpai berbicara dengan bahasa dialeknya. Oleh
karena itu, perlu adanya upaya bagi para guru untuk menentukan kebijakan supaya
pembelajaran bahasa Indonesia tidak hanya di kelas tetapi juga di luar kelas.
Bila
keterampilan berbicara bahasa Indonesia dapat diterapkan dalam sehari-hari oleh
seluruh anggota sekolah maka akan menumbuhkan rasa cinta tanah air dan
menumbuhkan semangat nasionalisme. Sehingga dapat mempersatukan berbagai macam
asal siswa, hal ini sesuai dengan fungsi khusus bahasa Indonesia yaitu sebagai
alat pemersatu berbagai suku yang memiliki latar belakang budaya dan bahasa
yang berbeda-beda(Yusi Rosdiana,2008)
B. Hambatan Berbicara Bahasa
Indonesia dalam Keseharian di Sekolah
Usaha
untuk meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Indonesia di sekolah akan
ditemui hambatan yang datang dari lingkungan sekolah itu sendiri, antara lain :
1.
Adanya pandangan guru bahwa berbicara bahasa Indonesia dalam keseharian di
sekolah itu tidak lazim.
Hal
ini tercermin ketika dalam pergaulan sehari-hari mereka enggan berbicara bahasa
Indonesia bahkan dengan lugasnya berbicara seenaknya. Mereka lupa bahwa
penggunaan bahasa Indonesia dipakai pada bahasa resmi lembaga pemerintah dan
pendidikan. Hal ini juga terjadi di sekolah-sekolah dari jenjang SD-SMA, mereka
para guru tetap menggunakan bahasa daerahnya. Jarang sekali mereka berbicara
menggunakan bahasa Indonesia ketika berbicara dengan teman guru atau bahkan
dengan para siswanya.
2.
Belum adanya penilaian bagi siswa yang berbicara bahasa Indonesia.
Keadaan
yang demikian menimbulkan sikap apatis pada diri siswa karena merasa tidak ada
gunanya baik yang berbicara bahasa Indonesia maupun yang tidak. Belum adanya
pengawasan dan penilaian dari guru dalam pelaksanaan berbicara bahasa Indonesia
di luar kelas mengakibatkan siswa acuh dalam mempraktikkannya.(3) Sehingga
perlu adanya model penilaian yang nyata dalam percakapan sehari-hari.
3.
Tidak adanya program berbahasa Indonesia dari lembaga pendidikan.
Untuk
sementara ini pada setiap lembaga pendidikan belum ada yang mempunyai inisiatif
memberlakukan bahasa Indonesia sebagai bahasa sehari-hari. Entah karena gengsi
atau merasa bahasa Indonesia tidak terkenal.Padahal dikatakan oleh Profesor
Yang Seung- Yoon, Ph.D dari Hankuk University of Foreign Stidiudies, Seoul,
Korea, berpandangan bahwa bahasa Indonesia berpotensi menjadi bahasa
internasional, setidaknya di Asia (M. Doyin, 2006). Pandangan tersebut
memperlihatkan kepada kita bahwa kedudukan bahasa Indonesia di mata negara lain
memiliki potensi untuk berkembang. Oleh karena itu, kebanggaan terhadap bahasa
Indonesia harus kita pupuk sedini mungkin sebagai wujud penghargaan kita
terhadapnya, sehingga ke depan kita dapat berharap bahasa Indonesia menjadi
besar.
C. Peranan Bahasa Indonesia dalam
setiap Kegiatan Pembelajaran
Bahasa
pengantar wajib sekolah-sekolah di Indonesia yaitu bahasa Indonesia, sehingga
bahasa Indonesia akan selamanya berperan dalam setiap kegiatan pembelajaran,
apapun materi yang dipelajarinya baik tentang ilmu alam ataupun ilmu sosial.
Buku-bukunya pun dominan ditulis dalam bahasa Indonesia dan sangat jarang ditemukan
buku sekolah yang ditulis dalam bahasa asing kecuali buku-buku yang diajarkan
dalam kegiatan perkuliahan. Mayoritas buku-buku pelajaran yang beredar di
Indonesia menggunakan bahasa Indonesia sehingga wajar jika dikatakan bahwa
bahasa Indonsialah yang berperan utama.
Dalam
kegiatan pembelajaran di Indonesia bahasa Indonesia merupakan pedang yang
sangat diperlukan. Bahasa Indonesia dalam penerapannya memiliki
keutamaan-keutamaan sebagai berikut:
a. Bahasa
Nasional, sehingga pelajar yang berasal dari luar daerah pun tetap akan bisa
mengikuti kegiatan pembelajaran di daerah lain yang berbeda bahasa, karena
bahasa Indonesia yang memadukan semuanya.
b. Bahasa
Indonesia lebih relatfif mudah dimengerti oleh siapa pun. Beda dengan bahasa
daerah biasanya dalam mempelajarainya cukup susah.
c. Bahasa
Indonesia telah tersebar diberbagai media baik itu dimedia cetak atupun
elektronik sehingga semua masyarakat Indonesia akan dengan mudah memahami
bahasa Indonesia.
D. Upaya Meningkatkan Keterampilan
Berbicara Bahasa Indonesia di Sekolah
Untuk
mewujudkan keterampilan berbicara bahasa Indonesia dapat diterapkan dalam
percakapan sehari-hari, maka upaya untuk meningkatkan keterampilan berbicara
bahasa Indonesia di sekolah, dapat dilaksanakan program sebagai berikut :
1.
Guru menjadi model yang baik untuk dicontoh oleh siswa
Redja
Mudyahardjo(Ishak Abdulhak:2008) mengelompokkan jenis kemampuan pokok yang
ideal dikuasai guru prefesional, diantaranya adalah kemampuan membantu siswa
belajar efisien dan efektif agar mencapai tujuan optimal. Siswa sangat
membutuhkan suatu model guru yang dalam berbicara menggunakan bahasa Indonesia
yang baik dan benar. Guru hendaknya memberikan contoh konkret dengan
keteladanan dalam berbahasa. Agar siswa dapat menirukan dan melafalkan kata
atau kalimat dengan tepat sesuai kaidah yang berlaku.
Dalam
melaksanakan upaya di atas, maka dalam kegiatan sehari-hari di sekolah dalam
berbicara menggunakan bahasa Indonesia. Mereka berbicara bahasa Indonesia dalam kegiatan belajar mengajar di
kelas, ruang guru, atau di luar kelas. Para guru pada saat berkomunikasi selama
di sekolah selalu berbicara bahasa Indonesia, adanya kebiasaan guru yang
demikian cukup membantu siswa dalam belajar keterampilan berbicara bahasa
Indonesia sehingga guru oleh siswa dijadikan contoh dalam berbicara.
2.
Menerapkan pembelajaran dengan pendekatan Modeling The Way
Pelaksanaan
pembelajaran bahasa Indonesia pada keterampilan berbicara bahasa Indonesia
perlu menerapkan pendekatan Modeling The Way (membuat contoh praktik). Strategi
ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempraktikkan keterampilan
berbicara bahasa Indonesia melalui demonstrasi, dari hasil demonstrasi ini
kemudian diterapkan dalam keseharian di sekolah, yaitu siswa dibagi dalam
beberapa kelompok kecil, identifikasi beberapa situasi umum yang biasa siswa
lakukan di ruang kelas dan luar kelas dalam berbicara bahasa Indonesia yang
baik dan benar, kemudian siswa mendemonstrasikan satu persatu dalam berbicara
bahasa Indonesia.
Modeling
The Way memberi waktu siswa untuk menciptakan skenario sendiri dan menentukan
bagaimana mengilustrasikan keterampilan berbicara sesuai kelompoknya. Kemudian
siswa diberi kesempatan untuk memberikan feedback pada setiap demonstrasi yang
dilakukan.
Dengan
pendekatan Modeling The Way dalam pembelajaran bahasa Indonesia, keterampilan
berbicara siswa dapat meningkat dan keberanian siswa dalam berbicara semakin
berani dan tidak takut salah, dari kegiatan tersebut diperoleh contoh data di
SDN Tegalwangi 01 sebagai berikut : pembelajaran awal sebelum menggunakan
pendekatan Modeling The Way dari 45 siswa kelas VI hanya 16 siswa yang sudah
aktif berbicara bahasa Indonesia dengan prosentase 36 % sedangkan 29 siswa
masih pasif dalam berbicara dengan prosentase 64 %. Setelah dalam pembelajaran
bahasa Indonesia menggunakan pendekatan Modeling The Way maka diperoleh data
sebagai berikut : siswa yang aktif berbicara menjadi 41 siswa atau 91 %
sedangkan 4 siswa atau 9 % dilakukan pembinaan individual.
Dengan
demikian pembelajaran dengan pendekatan Modeling The Way pada keterampilan
berbicara bahasa Indonesia pada siswa tepat karena dapat meningkatkan kemampuan
keterampilan berbicara bahasa Indonesia.
3.
Adanya penilaian keterampilan berbicara bahasa Indonesia
Walaupun
pelaksanaannya di luar kegiatan belajar mengajar tetapi guru harus mengadakan
penilaian keterampilan berbicara pada kesehariannya. Penilaian ini akan menjadi
motivasi bagi siswa untuk berusaha mempraktikkannya baik di dalam kelas maupun
di luar kelas. Dengan demikian siswa termotivasi untuk melakukan perbuatan yang
sama bahkan berusaha meningkatkannya.
Penilaian
praktik di luar kelas dengan cara siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil
sesuai pada pendekatan Modeling The Way. Pada kelompok-kelompok tersebut setiap
siswa diberi lembar penilaian yang memuat nama siswa yang diamati yaitu siswa
yang tidak berbicara bahasa Indonesia baik di dalam kelas maupun di luar kelas,
data kalimat yang tidak diucapkan dengan bahasa Indonesia oleh siswa tersebut,
dan data rekap kesalahan siswa. Setiap siswa dalam pergaulannya sehari-hari di
sekolah saling menilai teman-temannya, sehingga mereka sama-sama saling
mengawasi. Dengan kondisi dan situasi yang demikian maka seluruh siswa berusaha
semaksimal mungkin berbicara bahasa Indonesia sehari-hari, supaya jumlah kesalahan
yang dicatat temannya sedikit mungkin. Hal inlah yang membuat siswa semakin
berani dan percaya diri berbicara bahasa Indonesia di sekolah.
4.
Sekolah Membuat Program ” Sehari Berbahasa Indonesia ”
Salah
satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar bahasa adalah kondisi
eksternal. Kondisi eksternal yaitu faktor di luar diri siswa, seperti lingkugan
sekolah, guru,teman sekolah, dan peraturan sekolah. Kondisi eksternal terdiri
atas 3 prinsip belajar yaitu,
(a)
memberikan situasi atau materi yang sesuai dengan respon yang diharapkan,
(b)
pengulangan agar belajar lebih sempurna dan lebih lama di ingat,
(c)
penguatan respons yang tepat untuk mempertahankan dan menguatkan respons itu
Program
sehari berbahasa di tiap sekolah merupakan kondisi eksternal yang efektif untuk
mempraktikkan keterampilan berbahasa. Hal ini sudah sangat lazim dilakukan pada
pondok pesantren modern, contohnya Pondok Pesantren Gontor yang menerapkan
program kepada santrinya untuk sehari berbahasa Arab dan sehari berbahasa
Inggris, sehingga santrinya mahir berbahasa Arab dan Inggris.
Bila
program ini dapat diterapkan di sekolah tentunya akan sangat bermanfaat dalam
penggunaan bahasa Indonesia sehari-hari. Mereka akan terbiasa dan tidak
canggung berbicara bahasa Indonesia di lingkungan sekolah. Program ini ternyata
cukup ampuh untuk pembiasaan bagi warga sekolah untuk berbicara bahasa
Indonesia.
E.Upaya
Peningkatan Penggunaan Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar
1.
Peranan Pemerintah dalam Peningkatan Penggunaan Bahasa Indonesia
Menyadari
peran penting pendidikan bahasa Indonesia, pemerintah seharusnya terus berusaha
meningkatkan mutu pendidikan. Apabila pola pendidikan terus mengikuti pola-pola
lama, maka hasil dari pembelajaran bahasa Indonesia yang didapatkan oleh siswa
juga tidak akan berpengaruh banyak. Sejalan dengan tujuan utama pembelajaran
bahasa Indonesia supaya siswa memiliki kemahiran berbahasa diperlukan sebuah
pola alternatif baru yang lebih variatif dalam pengajaran bahasa Indonesia di
sekolah. Agar proses KBM di kelas yang identik dengan hal-hal yang membosankan
dapat berubah menjadi suasana yang lebih semarak dan menjadi lebih hidup.
Dengan lebih variatifnya metode dan teknik
yang disajikan diharapkan minat siswa untuk mengikuti pelajaran bahasa
Indonesia meningkat dan memperlihatkan antusiasme yang tinggi. Selain itu guru
hendaknya melakukan penilaian proses penilaian atas kinerja berbahasa siswa
selama KBM berlangsung. Jadi tidak saja berorientasi pada nilai ujian tertulis.
Perlu adanya kolaborasi baik antar guru bahasa Indonesia maupun antara guru
bahasa Indonesia dengan guru bidang studi lainnya. Dengan demikian, tanggung
jawab pembinaan kemahiran berbahasa tidak semata-mata menjadi tanggung jawab
guru bahasa Indonesia melainkan juga guru bidang lain.
Selain
itu, siswa dan guru memerlukan bahan bacaan yang mendukung pengembangan minat
baca, menulis dan apresiasi sastra. Untuk itu, diperlukan buku-buku bacaan dan
majalah sastra yang berjalin dengan pengayaan bahan pengajaran bahasa
Indonesia. Kurangnya buku-buku pegangan bagi guru, terutama karya-karya sastra
mutakhir (terbaru) dan buku acuan yang representatif merupakan kendala tersendiri
bagi para guru. Koleksi buku di perpustakaan yang tidak memadai juga merupakan
salah satu hambatan bagi guru dan siswa dalam proses pembelajaran di sekolah.
Perpustakaan sekolah hanya berisi buku paket yang membuat siswa malas
mengembangkan minat baca dan wawasan mereka lebih jauh.
Oleh
karena itu, sebaiknya pemerintah harus membantu penyediaan buku-buku bahasa
Indonesia terbaru ke setiap sekolah-sekolah. Selain penjelasan di atas telah
ditetapkan oleh pemerintah bahwa bahasa pengantar dalam pendidikan di Indonesia
adalah ahasa Indonesia, jadi sudah sewajarnya instansi pendidikan menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam penyelenggaran pendidikan.
2.
Peranan Guru dalam Peningkatan Penggunaan Bahasa Indonesia
Masalah
berkaitan dengan kemampuan siswa ketika menyampaikan sesuatu di depan umum, dia
tidak dapat menyampaikan secara baik. Itu bukan hanya masalah kemampuan
berbahasa siswa saja, tetapi menyangkut mental, penguasaan materi, dan
kebiasaan siswa berbicara di depan umum.
Selain
itu, guru juga harus membuat strategi pembelajaran khususnya pembelajaran
bahasa indonesia yang menarik bagi siswa. Strategi pembelajaran meliputi aspek
yang lebih luas daripada metode pembelajaran. Strategi pembelajaran merupakan
cara pandang dan pola pikir guru dalam mengajar. Dalam mengembangkan strategi
pembelajaran paling tidak guru perlu mempertimbangkan beberapa hal antara lain
bagaimana cara: mengaktifkan siswa, mengumpulkan informasi dengan stimulus
pertanyaan, menggali informasi dari media cetak,
membandingkan dan mensintesiskan informasi, bagaimana mengamati (mengawasi)
kerja siswa secara aktif, serta melakukan kerja praktik. Sehingga suasana di
kelas pun akan menyenangkan dan juga kondusif.
Dalam
KBM nya pun, pendidik harus memperhatikan hal-hal di bawah ini agar peserta
didik merasakan bahwa belajar itu menyenangkan, di antaranya :
a) Penampilan
guru yang hangat dan menumbuhkan partisipasi positif,
b) Peserta
didik mengetahui maksud dan tujuan pembelajaran bahasa Indonesia,
c) Tersedia
fasilitas, sumber belajar, dan lingkungan yang mendukung,
d) Adanya
prinsip pengakuan penuh atas pribadi setiap peserta didik,
e) Adanya
konsistensi dalam penerapan aturan atau perlakuan oleh guru di dalam proses
belajar mengajar,
f) Adanya
pemberian “penguatan” dalam proses belajar-mengajar,
g) Jenis kegiatan Pembelajaran menarik atau
menyenangkan dan menantang.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan
bahasa Indonesia merupakan salah satu aspek penting yang perlu diajarkan kepada
para siswa di sekolah. Tak heran apabila mata pelajaran ini kemudian diberikan
sejak masih di bangku SD hingga lulus SMA.Penggunaan bahasa Indonesia dalam
proses kegiatan belajar dan mengajar masih jauh dari apa yang dicita-citakan
yaitu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai ejaan yang disempurnakan.
Hal itu disebabkan karena di dalam proses KBM masih banyak kekurangannya,
diantaranya : kurangnya kesadaran peserta didik akan pentingnya bahasa
Indonesia, Karena bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar dalam dunia
pendidikan dan juga merupakan identitas bangsa yang tidak boleh hilang dan
harus kita pelihara, dan dalam prosesnya itu sendiri masih banyak kesalahan
dalam pengucapan dan penulisan ejaan, dikarenakan masih dipengaruhi oleh bahasa
daerah, bahasa asing, dan bahasa popular.
Oleh
karena itu, untuk meningkatkan penggunaan bahasa Indonesia dalam proses KBM
harus ada dukungan dari berbagai pihak, baik dari pemerintah, pendidik, dan
juga peserta didik itu sendiri. Salah satunya melalui dukungan materil dari
pemerintah, perubahan metode pembelajaran oleh pendidik, dan juga harus ada
kontribusi dari peserta didik itu sendiri akan pentingnya belajar bahasa
Indonesia yang baik dan benar. Sehingga semuanya akan terwujud dengan baik jika
semua pihak ikut serta dalam peningkatan penggunaan bahasa Indonesia yang baik
dan benar
B.
Saran
Karena
remaja merupakan agen perubahan suadah seharusnya kita sebagai remaja saat ini
menggunakan bahasa Indonesia yang benar sesuai dengan situasi dan kondisi dan
sesuai dengan kaedah yang elah disempurnakan. Dimana kita sedang berkomunikasi
secara lisan maupun tulisan. Karena apa, karena bahasa Indonesia merupakan
identitas kebanggaan bangsa Indonesia dan merupaka alat pemersatu.Intensitas
penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam proses
belajar-mengajar menjadi berkurang. Hal itu bisa disiasati dengan lebih
mengefektifkan proses pembelajaran bahasa Indonesia dalam mata pelajaran Bahasa
Indonesia. Pembelajaran lebih banyak diarahkan kepada hal-hal yang bersifat
terapan praktis bukan hal-hal yang bersifat teoretis. Siswa lebih banyak dikondisikan
pada pemakaian bahasa yang aplikatif tetapi sesuai dengan aturan berbahasa
Indonesia secara baik dan benar.
Selain
itu, penerapan berbicara bahasa Indonesia yang baik dan benar di
sekolah-sekolah terlebih dahulu harus dimulai dari guru-guru sekolah. Lalu
setelah itu, para murid akan meneladani cara bertutur kata guru mereka sehingga
bahasa Indonesia dapat menjadi bahasa sehari-hari di sekolah. Walaupun
sebenarnya bahaa Indonesia sangat bertolak belakang dari bahasa dari daerah
mereka.Sebaiknya para guru menerapkannya tidak hanya dalam KBM di kelas saja.
Namun, sebaiknya di luar kelas, penggunaan bahasa Indonesia tetap dilestarikan
agar para siswa juga akan terbiasa dan tidak merasa aneh dengan bahas indonesia
yang baik dan benar itu.
DAFTAR PUSTAKA
2. Salliyanti.2003.
Bahasa Prokem Di Kalangan Remaja. Dalam Salliyanti.blogspot.com.
3. Rahmatarifin,2011.Dampak
positif dan negatif penggunaan bahasa gaul dan asing. dalam Rahmatarifin.wordpress.com.